Selain aktif sebagai penyanyi, Andien Aisyah mengisi waktunya dengan menjadi filantropis, sosok yang peduli pada kemanusiaan. Pendiri Andien Aisyah Foundation tersebut sudah mengadakan sekolah untuk anak-anak pemulung.
Selain itu, dia mengadakan Warna-Warna pameran seni kaum penyandang disabilitas –untuk kali kedua setelah mengadakan acara serupa pada 2018. Setelah mengenalkan konsep pengenalan inklusivitas di event pertama, Warna-Warna Vol II mengedepankan kolaborasi antara kaum difabel dan nondifabel.
Ada jeda 6 tahun antara Pameran Warna-Warna pertama dan tahun ini. Apa yang melatarbelakanginya, selain karena pandemi?
Aku awalnya nggak ada rencana bikin yang kedua. Ternyata, dari Warna-Warna pertama, ada begitu banyak demand agar acara serupa diadakan lagi. Salah satunya ke pihak Dia.lo.gue sebagai lokasi pameran. Selain itu, selama 6 tahun belakangan, ada banyak komunitas seni penyandang disabilitas di berbagai kota yang tertarik ikut serta sehingga cakupan acara lebih besar.
Inspirasi Pameran Warna-Warna ini dari lagu Andien, ya?
Betul. Aku pas 2018 punya lagu Warna-Warna yang adalah lagu Pelangi dengan perspektif yang lebih dewasa. Lagu itu juga mengandung perspektif orang melihat pelangi dari atas langit. Ternyata, mau dilihat dari atas atau bawah, pelangi itu tetap indah.
Bagaimana konsep perspektif keindahan pelangi dan pameran seni penyandang disabilitas terhubung?
Nah, setelah rilis lagu Warna-Warna, aku sempat berkunjung ke komunitas penyandang disabilitas di Bandung dan lihat penyandang disabilitas melukis tomat, yang bentuknya nggak bulat dan warnanya biru. Itu nggak salah dan di situ aku sadar bahwa teman-teman penyandang disabilitas punya perspektif sendiri dalam seni yang juga indah dan harus kita hargai. Selayaknya warna yang punya banyak spektrum, semua spektrum itu indah.
Apa yang membedakan Warna-Warna 2018 dengan tahun ini?
Pameran Warna-Warna pertama hanya lukisan dan tujuan utamanya untuk apresiasi seni penyandang disabilitas. Tahun ini, selain lukisan, ada karya tiga dimensi hasil kolaborasi kaum difabel dan nondifabel. Dari kolaborasi itu, mereka bisa belajar satu sama lain untuk maju bersama dan setara. Oh iya, tahun ini juga ada komunitas seni penyandang disabilitas dari Bandung, Jogjakarta, Bali, Jakarta, dan Bengkulu.
Kurasi dilakukan Agung Hujatnikajennong. Apakah Andien juga turut mengurasi karya seni yang masuk?
Oh, nggak. Semuanya kuserahkan ke kurator. Soalnya aku ini sebenarnya awam soal seni. Apalagi, ini kuratornya kan skala internasional.
Selain mengedepankan konsep inklusivitas dan kolaborasi, apa yang ingin Andien capai lewat Warna-Warna Vol II?
Aku mau merangkul generasi Alpha dan keluarga agar mereka tahu tentang seni penyandang disabilitas. Bahkan, kalau bisa, ada kunjungan sekolah, di mana para siswanya bisa kasih review pameran ini. Aku sudah kontak Najelaa Shihab biar sekolahnya ada kunjungan ke pameran ini. Jadi, pameran ini bisa jadi sarana edukasi juga. Oh iya, di Warna-Warna kali ini juga bakal ada fundraising dan workshop seni.
Penyanyi, Penulis lagu, Aktris Indonesia multitalenta yang bergenre Jazz, R&B, Soul dan Pop