Gemintang, Saat Bahagia, Indahnya Dunia, hingga Benang-Benang Asmara, dari sekian banyak lagu yang dibawakan Andien Aisyah, mana yang jadi favoritmu? Well, sebagai pendengar setia, mungkin kamu melihat perjalanan Andien tampak mulus-mulus saja. Nyatanya, seorang Andien pun hingga kini masih mengalami berbagai rintangan untuk mencapai setiap gol dalam hidupnya.
Nah, dalam sebuah kesempatan pada Peluncuran koleksi Kasmaran dari The Palace (21/06) lalu, Beauty Journal berkesempatan untuk berbincang seputar pengalaman Andien saat melewati titik terendah yang juga sejalan dengan campaign #ReadyToGoThrough serta menilik peran musik bagi Andien Aisyah. Yuk, simak!
“Untuk berada di titik tertinggi, kita perlu melewati titik terendah”
Dalam sebuah roda kehidupan, setiap manusia pasti pernah mengalami titik terendah dalam hidup. Meninggalkan pengalaman yang menyakitkan, kita cenderung membenci ingatan tersebut. Bahkan, sebisa mungkin tak ingin mengingatnya sama sekali. Menariknya, Andien justru memiliki sudut pandang yang cukup berbeda tentang titik terendah yang ia lewati.
“Hidup itu enggak melulu linear. Untuk berada di titik tertinggi, kita perlu melewati titik terendah,” – Andien.
Ia juga mengingatkan bahwa titik terendah sebenarnya bukanlah hal buruk. Ibu dari dua anak ini pun sangat sadar bahwa di setiap fase hidup manusia pasti terdapat titik terendah, termasuk dirinya sendiri. Mulai dari masa fase remaja dengan titik terendahnya sendiri, fase awal karier, hingga kini sudah menjadi seorang istri dan ibu.

Lantas, bagaimana Andien bisa keluar dari titik terendah yang ia alami di setiap fase tersebut? Penyanyi yang juga aktif berolahraga ini mengaku, bahwa untuk keluar dari titik terendah juga butuh proses yang panjang. Menurut Andien, perjuangan panjang untuk keluar dari titik terendah tersebut akan selalu bermuara ke satu titik, yakni berserah.
Biasanya, saat ia sudah mulai tidak bisa mengontrol keadaan, justru di situlah jalan akan terbuka. “Kan kadang kadang kita sebagai manusia merasa ada di titik terendah karena mikir harusnya gini, tapi kok jalannnya gitu sih. Tapi, ketika sudah ada di momen, ‘ya udah deh terserah Tuhan, aku sampai enggak bisa ngomong apa-apa lagi,’ di situ juga kehidupan tiba-tiba memberi kita twist dan entah gimana ada aja jalannya,” tutur Andien.

Seperti sudah disampaikan sebelumnya, untuk keluar dari titik terendah Andien melewati proses yang panjang. Beberapa tahun lalu, Andien berhasil melewati proses pencarian untuk bisa bertahan dan melewati titik terendah. Akhirnya, sejak 4 tahun lalu hingga kini, Andien memutuskan untuk mengikuti sebuah akademi yang mengajarkan tentang psikoterapi dan psikologi spiritual.
“Dari situ aku belajar banyak banget, mulai dari psikologi manusia, sampai ilmu-ilmu seperti human design, astrologi, segala macem. Biasanya, kalo kita ngomongin spiritual, orangnya mengabaikan mental health, dan kalau ngomongin psikoterapi dan semacamnya, biasa orangnya juga kurang spiritual,” tutur Andien.
Dan di akademi yang Andien ikuti ini berhasil menggabungkan keduanya, sehingga lebih seimbang. Sejak saat itu, Andien yang akhirnya mulai belajar membedah mimpi dan semacamnya, ia pun menjadi rajin melakukan journaling. Apa yang dituangkan dalam jurnalnya tersebut? Andien mengaku apa pun ia tulis, mulai dari perasaan hingga mimpinya.
Meski sudah lulus dari akademi tersebut, Andien tetap mengikuti komunitas yang ada di dalamnya, supaya ia terus bisa bisa membedah tentang mimpinya dan mempelajari lebih dalam tentang active imagination (semacam meditasi, tetapi kita diajak berimajinasi secara aktif). Salah satu perbedaan antara sebelum dan sesudah mengikuti akademi ini, Andien mengaku saat menjalankan ibadah salat, ia lebih bisa mindful dan tak hanya sekadar menjalankan ritual dengan harapan masalah hidup akan hilang.

“Kalau sekarang mungkin merasa kayak sekarang hubunganku dengan Tuhan lebih utuh gitu, lebih 360 gitu. Nah, selain journaling itu, aku juga meditasi, melakukan active imagination. Untuk menjaga kewarasan aku juga harus punya me time, makanya aku berusaha untuk bangun sepagi mungkin untuk me time sebelum anakku bangun.”
Kamu mungkin akan bertanya-tanya, bagaimana cara Andien untuk bisa konsisten menjalankan hal-hal tersebut? Well, jawaban Andien terdengar sederhana, tetapi sangat masuk akal. Ia dengan yakin menyampaikan bahwa jika kita merasa perlu melakukan apa pun upaya untuk bisa bertahan dan melewati titik terendah, lalu mencobanya, dan ternyata efektif, maka kita akan melakukannya dengan konsisten secara otomatis. Kita pasti tak ingin jatuh di lubang yang sama, bukan?

“Terdengar klise, namun musik sudah jadi bagian dari hidup aku”
Saat mendapatkan kesempatan berbicang dengan Andien, tentu tak afdal jika Beauty Journal tak melibatkan musik dalam perbicangan ini. Beberapa waktu lalu, Vira Talisa mengatakan bahwa peran musik di hidupnya diibaratkan seperti kendaraan.
Kali ini, Andien menyampaikan bahwa musik sudah jadi bagian dari hidupnya. “Kalau secara matematika bisa dihitung, aku tuh mulai nyanyi dari umur 14 tahun dan sekarang umur aku 37 tahun. Berarti, hampir setengah lebih dari kehidupanku, aku habiskan untuk bernyanyi,” ungkap pelantun lagu Benang-Benang Asmara ini.
Ia pun kemudian mengingat kembali kehidupan di dalam industri musik yang sangat sulit untuk dijalani. Berkali-kali Andien merasa patah semangat dengan industrinya. Tapi, satu hal yang bisa membuat Andien kembali semangat lagi adalah musiknya. Ia menyampaikan bahwa musiklah yang terus menerus menyelamatkannya untuk terus berkarya.
“Aku bisa bilang musik itu penyelamat hidup aku dan bagian dari setengah perjalanan hidupku,” tutup Andien dengan bangga. Sebagai penutup perbincangan hangat beberapa waktu lalu, Andien Aisyah senantiasa membagikan 5 rekomendasi lagu bagi pembaca setia Beauty Journal!
– Lush Life – Ella Fitzgerald
– Something About Us – Daft Punk
– Breathless – Corinne Bailey Rey
– Distance – Emily King
– If I Ever Feel Better – Phoenix

Penyanyi, Penulis lagu, Aktris Indonesia multitalenta yang bergenre Jazz, R&B, Soul dan Pop